Bravo Emak!!
Tempatnya jauh dari keramaian, agak masuk gang dikit, nyempil diantara bangunan fakultas yang jarang di pake. Hanya ada beberapa tempat duduk kayu dan meja kayu berlapis taplak plastik seadanya. Inilah tepat makan favorite gue, yang jualan seorang nenek uzur yang terkenal dengan panggilan : Emak!
Setiap ngomong suaranya kenceng kayak orang marah, plus logat betawinya yang kental dengan akhiran e’di ujung akhiran setiap kalimatnya, seperti: ie’ ie’…. Gak nape’-nape’... Setiap kali gue makan di tempat ini, Emak sering banget cerita tentang para tetangganya yang kebanyakan orang Batak, yang sudah pada pindah, karena udah jadi orang kaya, atau di lamar orang kaya.
Entah kenapa, di mata Emak, orang batak memiliki kesan yang sangat mendalam. Buat dia, orang batak itu kalau ngomong memang keras, tapi hatinya baik, istilahnya tampang Rambo, hati rinto! misalnya bapak sitompul yang mantan pilot pesawat Garuda yang sekarang punya usaha sendiri,sering banget ngajak emak maen kerumahnya kalau lagi ada pesta, dan banyak lagi yang dia ceritakan tentang orang-orang batak di sekitanya.
Emak bahkan sampai hafal beragam jenis masakan orang batak, ternyata si Emak sering di undang buat masak kalau ada cara ngumpul-ngumpul orang batak. Pokoknya, setiap gue makan disana, kalau keadaan lagi sepi, si Emak akan cerita tentang orang batak. Padahal sejak pertama kali makan ketempat ini ,sampai sekarang, gue gak pernah ngaku-ngaku jadi orang batak, atau memperkenalkan diri sebagai orang batak. Jadi gue gak tau juga sebabnya, kenapa si Emak selalu bersemangat bercerita tentang orang batak ke gue.
Oh ia, gue lupa.. ia… muka gue.. muka gue batak tulen asli, yang dapat di kenali “sesamanya” hanya dalam seperkilas detik, istilahnya, kemurniannya masih terjaga. :P
Awalnya gue juga enggak tau, ada tempat makan terpencil ini, beberapa senior gue lah yang merekomendasikan tempat makan ini, awalnya para senior gue doyan banget sama bakwan buatan emak. Gak tau kenapa, rasanya beda aja. jadi bakwannya itu ya, chripsy dan garing di luar, tapi empuk di dalam, bahkan sayuran yang ada dalam bakwan matang sempurna tanpa layu. pokoknya bedalah dari bakwan yang di jual di tempat –tempat lain.
Tapi dagangan utama Emak sebenarnya adalah ayam penyek. Jadi, seekor ayam di bagi empat, kemudian di goreng setengah mateng dulu, habis itu di gebukin pake ulekan, kemudian di goreng lagi sampe garing, trus di sajikan dengan lalapan, dan sambel terasi mentah.
Rasanya ajiiib, sangking garingnya, cukup pake sendok saja kita udah bisa misahin daging ayam, dari tulangnya, tanpa harus bersusah payah.
Dan untuk ukuran ayam segede itu, Emak hanya ngasi harga @10.000/porsi, padahal di warteg aja, ayam yang lebih kecil dari itu di kenain Rp.12.000, jadi kalau di pikir-pikir, Emak ngambil untungnya sih tipis.
Selain itu, Gado-gado emak juga banyak bikin orang ketagihan. Di sajikan dengan kerupuk emping diatasnya, limpahan bumbu kacang yang melumer dengan sensai pedas yang bisa di pesen sesuai selera. wew.. mebuat siapa aja akan ketagihan makan di tempat emak ini.
Kalau pas makan di sana, gue sering ketemu dengan anak-anak kuliahan tahun 70an yang lagi reunian di tempat emak. padahal tempat ini jauh dari layak, soalnya hanya beratapkan asbes seadanya, jadi kalau lagi panas terik matahari, kita berasa lagi makan di sauna. tapi itu enggak menghalangi niat mantan mahasiswa yang pernah menjadi langganan emak, yang sekarang pada hidup mapan, buat reunian di tempat ini.
Selain dua menu andalan emak itu, terkadang emak masakin menu lain buat variasi, misalnya telur ceplok ala emak. Serius, ini bedaloh, telornya itu matang sempurna dengan tingkat kemerahan kuning telur yang enggak bakal lo temuin di warung padang apa lagi warteg. mungkin kelihatan lebai, tapi beda loh.. beneran!
Kalu enggak salah, kayaknya rahasia memasak emak adalah, memasak ala.. kalau bahasa ingrisnya ala deep fry. Jadi ceritanya, bahan makanan di goreng dalam genangan minyak yang bayak, pada tingkat didih maksimal, dan pengangkatan pada waktu yang tepat. Dan enggak semua orang bisa masak ala deep fry ini. salah-salah masakan bisa gosong, di perlukan ketekunan biar maksimal.
Rahasia lain emak adalah: penyajian satu hari, artinya: bahan makanan di beli pagi, akan di olah menjelang siang hari, dan akan habis di konsumsi pada hari itu juga. Jadi enggak ada istilah makanan di panasin ulang, seperti yang sering kita jumpai pada warung makanan umumnya.
Trus selain itu emak juga punya strategi buat mempertahankan loyalitas pelangganya,. Seperti strategi bonus, Nah sering kali emak menambahkan satu atau dua bakwan free, untuk membuat kit senang, bahkan suat hari gue pernah di suguhi 6 ceker ayam garing, plus 3 kepala ayam garing Free, dan ini berlaku bagi pelanggan setia emak.
Strategi berikutnya adalah strategi kembalian. Sering kali uang kembalian yang dua ribu atau tiga ribu, di suruh emak bawa pulang dengan alasan lagi gak punya kembalian. metode ini mau gak mau memaksa pelanggan jujur untuk kembali makan di tempat Emak keesokan harinya demi membayar uang kembalian itu. Gue juga sering jadi korbannya metode yang ini, jadi kembalian dua ribu dia bilang gak ada, trus gue boleh bayar besok aja, lah gue kan gak enak punya utang sama orang tua, ya.. akibatanya mau gak mau, besok gue makan ketempat Emak lagi, demi membayar utang gue itu.
Kalau gue simpulin si Emak ini, selain jago masak ternyata juga jago marketing, tanpa pernah makan bangku sekloahan. *ya ialah, bangku kok dimakan. FYI, di kampus tempat gue kerja, ada 4 kantin besar dengan menu beragam, lokasi strategis dan tempat yang jauh lebih nyaman, dengan cita rasa makanan yang lumayan.
Tapi itu semua enggak bisa ngalahin si Emak dengan warungnya, yang nyempil di sudut gang bangunan tua yang sepi itu. Dan pelanggannya adalah pelanggan loyal yang setidaknya makan dua sampai tiga kali di dalam seminggu di tempat Emak.
Gue aja makan tiga ampe empat kali, kalaupun pindah tempat makan, biasanya karena pada jam istirahat antirannya lumayan panjang. Maklumlah.. beberapa menukan di olah di tempat, beda sama warung makan umumnya yang tinggal di sendok kepiring .
Siangkat kata: Emak berhasil menaklukan teori marketing, yang menuhankan Lokasi, dan tempat nyaman sebagai kunci kesuksesan membuka usaha, sebuah pelajaran buat kita anak muda, kalau buka usaha jangan manja dan bertuhan pada teori saja, jadilah kreatif dan pantang menyerah, laiknya Emak dengan warung nyempilnya!
Bravo Emak!!
Setiap ngomong suaranya kenceng kayak orang marah, plus logat betawinya yang kental dengan akhiran e’di ujung akhiran setiap kalimatnya, seperti: ie’ ie’…. Gak nape’-nape’... Setiap kali gue makan di tempat ini, Emak sering banget cerita tentang para tetangganya yang kebanyakan orang Batak, yang sudah pada pindah, karena udah jadi orang kaya, atau di lamar orang kaya.
Entah kenapa, di mata Emak, orang batak memiliki kesan yang sangat mendalam. Buat dia, orang batak itu kalau ngomong memang keras, tapi hatinya baik, istilahnya tampang Rambo, hati rinto! misalnya bapak sitompul yang mantan pilot pesawat Garuda yang sekarang punya usaha sendiri,sering banget ngajak emak maen kerumahnya kalau lagi ada pesta, dan banyak lagi yang dia ceritakan tentang orang-orang batak di sekitanya.
Emak bahkan sampai hafal beragam jenis masakan orang batak, ternyata si Emak sering di undang buat masak kalau ada cara ngumpul-ngumpul orang batak. Pokoknya, setiap gue makan disana, kalau keadaan lagi sepi, si Emak akan cerita tentang orang batak. Padahal sejak pertama kali makan ketempat ini ,sampai sekarang, gue gak pernah ngaku-ngaku jadi orang batak, atau memperkenalkan diri sebagai orang batak. Jadi gue gak tau juga sebabnya, kenapa si Emak selalu bersemangat bercerita tentang orang batak ke gue.
Oh ia, gue lupa.. ia… muka gue.. muka gue batak tulen asli, yang dapat di kenali “sesamanya” hanya dalam seperkilas detik, istilahnya, kemurniannya masih terjaga. :P
Awalnya gue juga enggak tau, ada tempat makan terpencil ini, beberapa senior gue lah yang merekomendasikan tempat makan ini, awalnya para senior gue doyan banget sama bakwan buatan emak. Gak tau kenapa, rasanya beda aja. jadi bakwannya itu ya, chripsy dan garing di luar, tapi empuk di dalam, bahkan sayuran yang ada dalam bakwan matang sempurna tanpa layu. pokoknya bedalah dari bakwan yang di jual di tempat –tempat lain.
Tapi dagangan utama Emak sebenarnya adalah ayam penyek. Jadi, seekor ayam di bagi empat, kemudian di goreng setengah mateng dulu, habis itu di gebukin pake ulekan, kemudian di goreng lagi sampe garing, trus di sajikan dengan lalapan, dan sambel terasi mentah.
Rasanya ajiiib, sangking garingnya, cukup pake sendok saja kita udah bisa misahin daging ayam, dari tulangnya, tanpa harus bersusah payah.
Dan untuk ukuran ayam segede itu, Emak hanya ngasi harga @10.000/porsi, padahal di warteg aja, ayam yang lebih kecil dari itu di kenain Rp.12.000, jadi kalau di pikir-pikir, Emak ngambil untungnya sih tipis.
Selain itu, Gado-gado emak juga banyak bikin orang ketagihan. Di sajikan dengan kerupuk emping diatasnya, limpahan bumbu kacang yang melumer dengan sensai pedas yang bisa di pesen sesuai selera. wew.. mebuat siapa aja akan ketagihan makan di tempat emak ini.
Kalau pas makan di sana, gue sering ketemu dengan anak-anak kuliahan tahun 70an yang lagi reunian di tempat emak. padahal tempat ini jauh dari layak, soalnya hanya beratapkan asbes seadanya, jadi kalau lagi panas terik matahari, kita berasa lagi makan di sauna. tapi itu enggak menghalangi niat mantan mahasiswa yang pernah menjadi langganan emak, yang sekarang pada hidup mapan, buat reunian di tempat ini.
Selain dua menu andalan emak itu, terkadang emak masakin menu lain buat variasi, misalnya telur ceplok ala emak. Serius, ini bedaloh, telornya itu matang sempurna dengan tingkat kemerahan kuning telur yang enggak bakal lo temuin di warung padang apa lagi warteg. mungkin kelihatan lebai, tapi beda loh.. beneran!
Kalu enggak salah, kayaknya rahasia memasak emak adalah, memasak ala.. kalau bahasa ingrisnya ala deep fry. Jadi ceritanya, bahan makanan di goreng dalam genangan minyak yang bayak, pada tingkat didih maksimal, dan pengangkatan pada waktu yang tepat. Dan enggak semua orang bisa masak ala deep fry ini. salah-salah masakan bisa gosong, di perlukan ketekunan biar maksimal.
Rahasia lain emak adalah: penyajian satu hari, artinya: bahan makanan di beli pagi, akan di olah menjelang siang hari, dan akan habis di konsumsi pada hari itu juga. Jadi enggak ada istilah makanan di panasin ulang, seperti yang sering kita jumpai pada warung makanan umumnya.
Trus selain itu emak juga punya strategi buat mempertahankan loyalitas pelangganya,. Seperti strategi bonus, Nah sering kali emak menambahkan satu atau dua bakwan free, untuk membuat kit senang, bahkan suat hari gue pernah di suguhi 6 ceker ayam garing, plus 3 kepala ayam garing Free, dan ini berlaku bagi pelanggan setia emak.
Strategi berikutnya adalah strategi kembalian. Sering kali uang kembalian yang dua ribu atau tiga ribu, di suruh emak bawa pulang dengan alasan lagi gak punya kembalian. metode ini mau gak mau memaksa pelanggan jujur untuk kembali makan di tempat Emak keesokan harinya demi membayar uang kembalian itu. Gue juga sering jadi korbannya metode yang ini, jadi kembalian dua ribu dia bilang gak ada, trus gue boleh bayar besok aja, lah gue kan gak enak punya utang sama orang tua, ya.. akibatanya mau gak mau, besok gue makan ketempat Emak lagi, demi membayar utang gue itu.
Kalau gue simpulin si Emak ini, selain jago masak ternyata juga jago marketing, tanpa pernah makan bangku sekloahan. *ya ialah, bangku kok dimakan. FYI, di kampus tempat gue kerja, ada 4 kantin besar dengan menu beragam, lokasi strategis dan tempat yang jauh lebih nyaman, dengan cita rasa makanan yang lumayan.
Tapi itu semua enggak bisa ngalahin si Emak dengan warungnya, yang nyempil di sudut gang bangunan tua yang sepi itu. Dan pelanggannya adalah pelanggan loyal yang setidaknya makan dua sampai tiga kali di dalam seminggu di tempat Emak.
Gue aja makan tiga ampe empat kali, kalaupun pindah tempat makan, biasanya karena pada jam istirahat antirannya lumayan panjang. Maklumlah.. beberapa menukan di olah di tempat, beda sama warung makan umumnya yang tinggal di sendok kepiring .
Siangkat kata: Emak berhasil menaklukan teori marketing, yang menuhankan Lokasi, dan tempat nyaman sebagai kunci kesuksesan membuka usaha, sebuah pelajaran buat kita anak muda, kalau buka usaha jangan manja dan bertuhan pada teori saja, jadilah kreatif dan pantang menyerah, laiknya Emak dengan warung nyempilnya!
Bravo Emak!!
Komentar
Posting Komentar