Tepuk Diam!



Untuk satu dan lain hal, hasrat gue untuk mendedikasikan sabtu dan minggu sebagai hari poto keliling, belum kesampaian juga. Jadi seperti biasanya, saban hari minggu pulang gereja, gue nongkrong sambil makan siang sama Yohan dan anak-anak Coolnya. Padahal dulu, gue selalu nongkrong dengan anak-anak Cool gue sendiri, tapi ya sudahlah, zaman sudah berubah.

Eng… Hesti atau Tenti, gue lupa namanya, secara oficially kitasih belum pernah kenalan, cuman sering ngobrol bareng. dialah yang pertama kali nanya: “Koh ikut kita ke kunjungan anak-anak jalanan gak?! Belum juga sempet gue jawab, satu lagi yang kayaknya kakaknya Hesti,*sama gue juga gak tau namanya padahal sering ngobrol nimpalin. “ia ikut aja koh.. sekali-sekali ini.

“ia, ikut deh.. kata gue yang memang juga lagi bingung akan menghabiskan kemana sisa waktu hari minggu yang setengah hari lagi ini. Sesudah kita makan di tempat dimana kita bisa Nongkrong, kita memutuskan untuk berangkat.

“Jangan becanda lu… awas ya, kalau di tengah jalan lu kabur? Gue kejar dan gue tendang lu!! Kata Yohan gak yakin kalu gue mau ikut mereka siang itu. “Ia bro… beneran, gue mau ikut, gue mauliat lah, gimanasih disana, gue meyakinkan si Yohan! Sekitar jam 2an kita berangkat. Suprapto tan yang tadi izin ke ATM ternyata menghilang dan izin kabur, jadilah cuman gue dan Yohan yang naik motor, sisanya naik taksi.

Setelah setengah jam lebih mengarungi jalanan Jakarta yang khas dengan macetnya, akhirnya nyampe juga kita di lokasi, sebuah kampus perguruan tinggi di barat Jakarta. Sempet nunggu sekita 15 menitan, kita dapat info kalau kegiatan mengajar anak jalanan di adakan di lantai 8 ruang berapa gitu.

Kita pun naik bareng –bareng, ternyata kita datangnya telat, soalnya kegiatannya sudah di mulai. Beberapa anak-anak kecil naik keatas pentas dengan riang gembira bernanyi, Hesti, eng dan kakaknya, dan Ria beserta…eh, Robin kali ya?! Langsung maju ke depan dan menyapa sang ketua penyelenggara, yang akhirnya gue tau bernama Shelvi.

Agak kagok dan bingung mo ngapain, ya udah, gue duduk di kursi sebelah kanan aula itu sambil merhatiin mereka. Puluhan mata dengan tanda tanyapun balik ngeliatin kita.

“Tepuk diam!!!
Di….prok..prok..am…prok..prok… ssssst.. sambil menepelkan telunjuk ke bibir! Adalah cara yang sangat ampuh mendisplinkan anak-anak yang tadi sempet aur-auran lari kesana kemari.

Shelvi, si gadis jangkung berambut panjang ngambil mik dan langsung kasi aba-aba. “ayo adik adik kita bikin kelompok dulu, yang kelas satu kebawah termasuk yang belum sekolah sebelah sini katanya, nunjuk kearah Hesti dan gue yang lagi duduk. “Yang kelas dua ampe kelas empat sebelah sini katanya menunjuk tempat salah satu aktivis lain, dan kelas lima dan enam kesebelah situ katanya nunjuk tempat duduk kakaknya Hesti.. *ribet!! Minggu depan gue tanyain dah siapa namanya!!

Kemudian acara pun dimulai, yang kelas dua dan empat duduk anteng sama salah satu activist rekannya Shelvi. *lagi-lagi gue gak tau namanya, padahal udah kenalan loh :l

yang kelas 5 dan enam keliatan heboh bersama kakaknya Hesti dan Shelvi sendiri. dan kelompok kelas 1 dan belum sekolah bingung mao ngapain, Hesti coba ngajarin beberapa anak untuk berhitung, di bantu dengan salah satu ibu-ibu calon aktivis yang tadi dateng bareng kita, dan gue… ya.. gue…. gue bingung mo ngapain?!




Hafni dan Fauzi.

Well.. sebagai anak tunggal jelaslah gue gak punya adik, jadi gue gak pernah berurusan dengan anak kecil, jadi setiap berhadapan dengan anak kecil gue serba canggung dan bingung mau lakuin apa. Hal yang sama terjadi saat ini, ketika si Hesti , dan seorang ibu-ibu calon activist sibuk ngajarin anak-anak, gue malah bingung sendirian.

Tapi itu tadi, kemanapun gue pergi, secanggung apapun gue sama anak kecil, akan selalu ada yang merasa cukup nyaman sama gue. Kali ini dari puluhan anak kecil yang ada, yang nempel sama gue ada dua orang, yang satunya bocah laki-laki bernama: Fauzi, yang satunya lagi bocah perempuan bernama : Hafni.

Dari Shelvi gue dapat Info kalau sebenernya Fauzi udah cukup umur buat sekolah, tapi karena terhalang biaya, sampai sekarang masih tertunda. Gue gak sempet ngobrol asal usul nih anak, bapaknya siapa, berapa bersaudara dst-dst, hanya saja selama dia nempel-nempel sama gue, dia selalu nyodorin buku tulis lusuh dan minta dibuatkan soal mate-matika.
Yep mate-matika man!!

Begitu juga Hafni walau keliatan rada dekil tapi nih anak berotak encer, “tolong bikin soal dong kak!! Katanya, “entar ya.. kata gue, terus mencoba membuat perjumlahan mendatar."Bukan ini!! katanya protes.. “ ia koh.. maksudnya soal mate-matika yang penjumlahan menurun kata Hesti.” Oo.. coba kamu yang bikin deh Hes.. aku kurang ngerti kataku.

Sebagai manusia berjiwa sanguine… mate-matika adalah pelajaran yang paling gue benci di dunia!! Baru aja berapa menit Hesti bikin soal matematika, Hafni udah nyodorin tuh soal, dari lima soal, yang bener 4!! Gitu juga Fauzi, dari 6 soal, yang bener 4!! Jelaslah kedua anak kecil ini mempunyai kemampuan mate-matika jauh di atas gue saat seumuran mereka. Jadi inget dulu waktu kecil, lidi dan air mata adalah teman setia, setiap kali om gue ngasi pelajaran mate-matika! T.T

Any way , tujuan kedatangan kami hari ini adalah buat nonton bareng sama mereka, hanya saja Yohan dan Robin yang sedari tadi sibuk ngulak-ngalik multimedia gak berfungsi juga, Sementara nungguin Robin dan Yohan, kita sibuk ngobrol satu sama lain, karena nganggur, anak-anak mulai menggila, lari sana-lari sini, teriak-teriakan, ada yang maen duel-dulean, ngumpet di kolong podium dan.. jger!! Huaaa.. ketendang dan nangis.

Suasana tenang kini jadi ramai. Tapi buat gue itu Fun! seneng aja ngeliat tingkah polah mereka yang lucu dan lugu itu, tapiiii… ternyata suasana ini tidak biasa buat Shelvi, entah karena merasa cukup terganggu, dia mulai agak marah dan mencoba mendisiplinkan mereka. hanya ada satu hal yang gue kurang suka ketika mendispilinkan anak kecil yang ada, yaitu “ANCAMAN”.

“Kalau kalian gini terus, enggak bisa di bilangin, mending minggu depan enggak usah pada dateng lagi deh! Percuma kalian kesini kalau kalian enggak bisa belajar taat. Kita cuman mau sama anak-anak yang serius buat belajar aja, buat apa rame-ramein tapi enggak bisa taat!! Katanya dengan nada marah!! Masih mau ngadain bimbingan ini gak?? Atau sudahlah kita tutup aja lanjutnya!

Suasana yang tadi berisik mulai hening, jadi gimana ini? Kita lanjut atau?? Lanjut kaaak!! Teriak mereka degan tertib!

“Ya.. sangat di sayangkan dia marah-marah, gue sempet mikir, kenapa Shelvie enggak menggunakan tepuk DIAM itu saja, yang terbukti sangat manjur mendisplinkan mereka, kenapa harus marah dan mengancam. Gue berkesan banget dengan tepuk Diam ini, melalui tepuk Diam gue bisa belajar, bahwa disiplin dan arahan tidak selalu identik dengan perintah, atau bentakan! tapi juga dengan cara yang sangat Fun atau menyenangkan! Menurut gue, kita harus banyak menemukan dan mengembangkan bahasa yang sejenis dengan tepuk diam ini.

lagian sebagai orang yang sering di Ancam dan mengancam, gue bisa merasakan dampaknya, itu psikologis banget, memang ada kepuasan tersendiri buat pengancam karena bisa mengintimidasi perasaan orang lain. Dulu sewaktu jadi sales lapangan, gue pernah ngancam orang dari group sales yang lain, sampe-sampe si sales itu datang bersama group managernya buat clearin masalah kita!! Katanya setiap kali kelapangan, dia selalu ketakutan gue cegat dijalan. Kebayangkan, enggak enaknya di ancam itu?!

Samahalnya dengan yang ini, bener ia bisa nertibin anak-anak, tapi itu enggak baik buat psikologis mereka. Dan takutnya malah di tiru. Tapi sekali lagi, gue enggak bermaksud menggurui atau menghakimi Shelvi, hanya saja menurut gue, kita harus lebih bijak menemukan komunikasi yang lebih elegan dan efektif dan bisa diterima degan baik. Salah satunya ya itu, tepuk DIAM!

Setelah anak-anak tertib, mereka di barisakan menjadi dua barisan, kemudian akan ada pembagian cokelat yang ternyata sudah di siapkan oleh Yohan dan Team. “Oke adik-adik.. kali ini, akan ada tiga kesempatan buat dapetin coklat yang special dan lebih dari yang lain, tapi caranya, harus maju dan nyanyi didepan, kata Shelvi kembali mencairkan suasana.



Seketika itu juga semua anak-anak antusias mengacungkan jari sambil teriak: “aku kaakk…aku kaak.. wow, gue sempet surprise ngeliat reaksi mereka. Ini Indonesia bung, dimana setiap orang biasanya pasif dan pemalu, walaupun udah di iming-imingi. Gue benar-benar salut sama Shelvi dan team, ketekunan mereka enggak sia-sia, mereka bisa membentuk mental percaya diri anak-anak sekuat ini! amazing!!




Akhirnya dipilihalah tiga orang buat nanyi di depan. Dan yeah.. lagu Bundanya Melly guslow adalah lagu favorite mereka semua. Setelah itu coklat di bagikan dan kemudian pengumuman tentang kegiatan minggu depan. Anak-anak pun pulang , tapi sebelum pulang mereka sungkeman (cium tangan ) kita dulu, udah tradisi mereka kali ya, secara tidak ada pengumuan “adik-adik.. sebelum pulang cium tangan kakak-kakak dulu yah.. ha5.

Sesudah anak-anak pulang, kita ngebenahi aula bentaran, trus serah terima kunci ke OB yang bertugas, dan duduk di teras sambil ngobrol-ngobrol bentar. Dan lagi si Buble man Yohan memberondong Shelvie dengan ide-ide cemerlangnya, yang terkadang buat gue sendiri: it’s to be good to be true! Sebelum pulang Hesti nanya lagi, “gimana koh?? Bulan depan ikut lagi gak?? Kita sebulan sekali kan? Kata gue.. “ ia lah.. sebulan sekali aja kata Yohan. “ ia deh gue ikut!! dalam hati gue merasa mantap untuk ikut ke sini lagi, sekalipun one day, rencana gue menjadikan sabtu dan minggu sebagai hari poto keliling terkabul! Walau gak bisa ngapa-ngapain juga, tapi rasanya seneng bisa ngeliat semangat anak-anak yang tergolong kurang beruntung ini.

Shelvie and Friends!
Dunia activist dan pelayanan, sering kali di identikan dengan orang cupu, dan introvert! Tapi Shelvi bikin perbedaan!! Ternyata selain jadi activist dia juga punya club model photography , dan dia juga pribadi yang berkesan modis dan berwawasan luas! Indonesia butuh banyak orang kayak Shelvi yang bisa membuktian orang gaul dan fungky tetap bisa menjadi activist, bahwa dunia activist tidak selalu suram, tua danmembosankan!
Bahwa pengkuan, gengsi, dan reputasi, enggak selalu di bangun dari merek tas yang lo pake, dari mobil bokap yang lo punya, dari kafe mahal mana yang jadi tongkrongan lo! Melainkan dari hati dan tindakan!!

Yohan and Team!
Awalnya Cool mereka ini tidaklah masuk itungan, apa lagi di banding COOL gue yang berjumlah jumbo di masa lalu! Tapi kali ini gue pribadi harus belajar dari mereka, kedekatan mereka benar-benar murni, penghormatan mereka kepada Yohan dan Surindah sebagai ketua Cool benar-benar tulus. Bukan hanya karena mereka manggil Yohan sebagai Papi, dan Surindah sebagai Mami, tapi kalo lo duduk diantara mereka , lo bisa ngeliat dan ngerasain atmosfir penghormatan itu ada dan tulus! Komitmen mereka tetep fokus pada misi, kesatuan hati mereka, menjadikan mereka komunitas kecil yang sangat efektif! Dan jujur: gue NGIRI BANGET!!

Fauzi, Hafni and the Kids.
Adalah anak-anak kecil cerdas, tulus, dan lugu. Seperti kata-kata orang bijak, mereka masih seperti kertas putih yang siap di gambar. Tapi itu tadi, tidak banyak orang yang punya hati tulus dan bersedia melukis hal-hal indah dalam hidup mereka. Mereka memang kurang beruntung secara materi, tapi melihat semangat, ketulusan dan percaya diri mereka yang begitu tinggi, gue yakin suatu hari mereka bisa jadi solusi buat ketidak berdayaan dan keputus asaan orang yang terabaikan.

Gue.
Seseorang yang nyasar ke tempat ini, dan gak bisa lakuin apa-apa, tapi jujur.. buat gue, ini adalah salah satu hari minggu yang terindah yang gue punya! :P

Komentar

Postingan Populer